SUARA RAKYAT, JANGAN DIBELI? - Suasana duka kembali menyelimuti tanah Papua. Kali ini, nama Hetina Mirip jadi sorotan setelah ditemukan tak bernyawa dalam kondisi mengenaskan di Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua Tengah. Ia diduga jadi korban salah sasaran dalam operasi militer yang digelar oleh Satgas Habema pada Rabu dini hari, 14 Mei 2025 lalu.
Menurut laporan Komnas HAM Papua, jenazah Hetina ditemukan sembilan hari setelah kejadian, terkubur seadanya dekat ladang warga, dengan luka memar dan kondisi tubuh yang membengkak.
"Sebagian tubuh korban tidak terkubur dengan layak," kata Frits Ramandey, Kepala Sekretariat Komnas HAM Papua, Minggu (25/5/2025).
Siapa Hetina? Bukan Anggota Milisi, Tapi Seorang Ibu Dapur
Cerita tragis ini makin menyayat hati setelah pesan dari seseorang yang mengaku anak Hetina, Antonia Hilaria Wandegau, menyebar lewat siaran pesan. Dalam surat terbuka itu, Antonia memohon pada Presiden Prabowo Subianto untuk membuka hati dan mata atas konflik bersenjata yang masih terus merenggut nyawa warga sipil di Papua.
"Ibu saya cuma ngurus dapur, bukan bawa senjata. Tapi kami terus disayat oleh negara sendiri. Apa arti nasionalisme kalau rakyat sendiri dibunuh atas nama stabilitas?" tulis Antonia.
Operasi Militer vs Warga Sipil: Siapa Bertanggung Jawab?
Operasi militer oleh Satgas Habema kala itu memang disebut melibatkan baku tembak dengan milisi TPNPB pimpinan Undius Kogoya. TNI menyebut ada 18 milisi tewas, tapi juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, membantah.
"Yang tewas dari pihak kami cuma tiga. Sisanya adalah warga sipil yang ditembak TNI," ujar Sebby.
Sampai kini, Komnas HAM Papua belum bisa memastikan siapa pelaku pembunuhan Hetina — apakah dari pihak militer atau milisi. Tapi mereka tengah memverifikasi seluruh laporan.
Ritual Pembakaran Jenazah Bukan Sadis, Tapi Tradisi
Terkait isu jenazah Hetina yang dibakar, Frits menjelaskan bahwa itu merupakan bagian dari tradisi masyarakat setempat, bukan bentuk kekerasan baru. Warga suku Migani memang dikenal menolak kekerasan terhadap perempuan, apalagi sampai menyebabkan kematian.
Catatan Kemanusiaan: Papua Masih Menangis
Insiden ini kembali menampar nurani bangsa, mengingatkan bahwa konflik bersenjata tak pernah benar-benar memisahkan milisi dan warga sipil secara jelas. Ketika perempuan seperti Hetina menjadi korban, apa sebenarnya yang sedang kita jaga sebagai negara?
.png)

Komentar0